Arti Sebuah Kejujuran

Arti Sebuah Kejujuran

Picture by Google.com

Dikisahkan seorang lelaki soleh sedang berjalan dipinggiran kota Kufah(Irak). Ia bernama Tsabit bin Ibrahim,sedang asyik berjalan ia melihat apel merah yang jatuh. Tanpa berpikir panjang, Tsabit pun segera memgambil apel merah yang tergeletak di tanah dan segera memakannya. Terlebih lagi hari itu tengah panas dan ia pun merasa kehausan.

Baru memakan setengah Apel tersebut,Tsabit teringat jika Apel itu bukan miliknya dan ia belum meminta ijin kepada pemiliknya. Kemudian Tsabit pun memutuskan untuk masuk ke kebun Apel tersebut untuk menghalalkan buah yang telah dimakannya.

Di kebun tersebut ia bertemu dengan seorang lelaki. Ia pun berkata,"Saya sudah memakan setengah dari Apel ini. Saya harap anda bisa menghalalkannya.

Orang yang ia temui pun menjawab,"Saya bukan pemilik kebun ini". Tsabit pun bertanya lagi,"Lalu dimanakah rumah dari pemilik kebun ini?".

Penjaga kebun tersebut kemudian memberitahukan rumah dari majikannya. Rumah pemilik kebun tersebut pun ternyata cukup jauh. Jika ditempuh dengan berjalan kaki maka akan menghabiskan waktu sehari semalam. Namun Tsabit tetap bertekad untuk menemui pemilik apel tersebut dan berharap agar segera dihalalkan.

Sesampainya di rumah pemilik kebun tersebut,Tsabit segera mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Dan keluarlah lelaki setengah baya,dia tersenyum ramah dan berkata ," Ada yang bisa saya bantu?".
Dengan membalas senyum lelaki setengah baya tersebut,Tsabit pun segera mengutarakan maksudnya. "Apakah Anda benar pemilik kebun di pinggir kota kufah?". Laki-laki itupun menjawab," Benar anak muda,memangnya ada apakah dengan kebun Apelku?"

Tsabitpun menjawab," Wahai Tuan, saya tadi sudah terlanjur memakan setengah dari buah Apel Tuan yang terjatuh. Maka dari itu,maukah tuan menghalalkan apa yang sudah saya makan itu?

Lelaki setengah baya tersebut mengamati Tsabit dengan cermat. Kemudian berkata," Tidak,aku tidak bisa menghalalkannya kecuali dengan satu syarat". Tsabit pun bertanya kembali,"Syarat apa tuan yang harus saya penuhi?". Lelaki tersebut pun nenjawabnya kembali," Syaratnya adalah engkau harus mau menikahi putriku.

Tsabit bin ibrahim pun tercengang. Dia tidak memahami maksud dan tujuan lelaki tersebut. Apakah karena dengan memakan setengah dari buah apel anda, lalu saya harus menikah dengan putri tuan??? Lelaki tersebut tidak menggubris perkataan Tsabit bin ibrahim dengan berkata,"Sebelum pernikahan dimulai,engkau harus terlebih dahulu mengetahui kekurangan dari putriku. Dia seorang yang buta,bisu dan tuli dan terlebih lagi dia adalah orang yang lumpuh.

Mendengar perkataan lelaki tersebut pun Tsabit terkejut. Sejenak ia berfikir lalu menyetujui persyaratan dari lelaki tersebut dengan begitu buah apel yang telah ia makan akan dihalalkannya dalam hati Tsabit bin ibrahim.

Tanpa menunggu waktu lama , pernikahan pun dimulai. Setelah akad,Tsabit diminta untuk segera menemui istrinya. Dan ketika hendak masuk ke kamar pengantin,Tsabit pun berfikir dia akan tetap mengucap salam meskipun istrinya tuli dan bisu. Dan saat Tsabit mengucap salam, tetnyata perempuan tersebut mampu menjawabnya dengan baik. Kemudian Tsabit sengaja mengulurkan tangannya,dan ternyata uluran tangannya disambut dengan baik.

Tsabit pun bertanya-tanya, bukankah kata sang Ayah dia adalah seseorang yang kurang akan semuanya? Tetapi perempuan yang dihadapanku adalah wanita yang normal dan mengapa ayahnya mengatakan yabg berseberangan dengan yang sebenarnya?pikir Tsabit. Setelah Tsabit berhadapan dengan istrinya,tsabit pun memberanikan diri bertanya,"Mengapa ayahmu mengatakan padaku bahwa engkau adalah wanita buta?" Lalu perempuan tersebut menjawab," Ayahku benar, karena aku tidak pernah melihat segala sesuatu yang diharamkan Allah Swt.

Ayahmu juga mengatakan bahwa engkau tuli??? Megapa??? Istrinya menjawab,"Ayahku benar karena aku tidak mau mendengar berita dan cerita orang yang membuat Allah Swt tidak ridlo. Ayahmu juga mengatakan padamu jika aku bisu dan lumpuh bukan??? Tsabit pun menganggukkan kepala sebagai tanda meng-iyakan perkataannya. Aku dikatakan bisu,karena dalam keadaan banyak hal aku hanya menggunakan lidahku untuk menyebut asma Allah Swt. Dan aku dikatakan lumpuh karena kakiku tidak pernah pergi ke tempat-tempat yang penuh dengan maksiat.

Betapa bahagia Tsabit. Ia bersyukur, karena selain dikaruniai istri yang sholehah juga cantik luar biasa. Dan dikarunia seorang putra ,setelah dewasa putranya tumbuh menjadi seorang ulama besar bernama Imam Abu Hanifah An Nu'man bin Tsabit yang ilmunya menyebar  keseluruh pelosok dunia.

Note:

Maha besar Allah Swt,dengan segala keagungan dan kasih sayang-Nya. Kejujuran adalah kesederhanaan yang paling mewah. Sekecil apapun kejujuran untuk setiap kesalahan yang kita lakukan akan membawa manfaat yang sangat besar. Terutama membawa kepada nikmat dan ketenangan hati yang luar biasa. So, be honest with yourself and other people.karena dengan kejujuran, Everything will be ok in the end.

Keridloan Allah Swt adalah segalanya, dan dengan ridloNya kenikmatan yang kita dapatkan meskipun sedikit atau banyak akan sama istimewanya.

Mari sama-sama belajar untuk menjadi pribadi yang tetap sejuk di tempat panas,tetap manis walaupun di tempat yang pahit,tetap merasa kecil walaupun sudah menjadi besar dan tetap tenang di tengah badai yang paling hebat.

Semoga artikel ini bermanfaat dan menjadi suri teladan bagi kita semua
Sekian dan terima kasih :-)

2 Responses to "Arti Sebuah Kejujuran "

  1. makasih artikelnya bagus di tunggu di lapak aku:)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih inputannya mbak Tini Pangastuti,boleh juga tuh :-)

      Delete

Silahkan jika sobat yang ingin komentar, namun tolong gunakan bahasa yang sopan.